Tuangkan isi hatimu dan pikiranmu tentang Pemilu, Caleg, dan Kampanye. Cukup satu atau dua halaman saja. Tulisan-tulisan tersebut akan dikumpulkan dan diterbitkan menjadi buku. Royalti dari buku tersebut akan disumbangkan demi menjadi bagian dari pembangun bangsa ini. Tulisan Anda akan menjadi bagian dari buku yang salah satu isinya adalah tulisan Zara Zettira Zr (novelis terkenal). Berikut ini tulisan dari Zara Zettira Zr.
Sabun Menjelang Pemilu
Sabun Menjelang Pemilu
Membicarakan soal rakyat tidak akan ada habis2nya. Dari sekian ratus juta kepala, tentu akan ada ratusan juta keinginan yang berbeda beda juga. Menyadari hal itu, saya menyadari keterbatasan seorang pemimpin. Bangsa kita bangsa yang besa secara kuantitas belum secara kualitas. Calon2 pemimpin itu juga bangsa Indonesia dan sebagian besar (maaf) juga masih jauh dari kualitas.
Pesta demokrasi membuka peluang bagi siapapun untuk ikut dalam kancah pemilihan. Keadaan ini membawa dua makna.. . positif juga negatf. Seperti segala hal dalam hidup, selalu ada dua sisi . Baik dan buruk. Sungguh pmemprihatinkan melihat poster2 kampanye menggunakan "croppingan' foto Beckham dan Obama! Apakah caleg itu nda paham mengenai copy right? Ini baru yang kelihatan saja. Ketidak pahaman mereka yang menyatakan siap jadi wakil rakyat betul2 seperti dagelan jadinya. Saya pribadi emoh di wakili oleh orang yg nda menghargai UU hak cipta. Bagaimana dengan PARTAI yg diwakilinya? Kok ya nda ditegur cara kapmanye yg jelas2 kliru ini?
Sering saya berdialog via email dengan para tema2 yg sekarang ikt jadi caleg. Juga yang mengajak saya menjadi caleg :):) Kalau pertanyaan saya sudah ke arah strategi2 kampanye yang kurang simpatik, mereka jawabannya sama : politik itu kotor Zar... jadi ya memang begitulah adanya. Dengan kata lain caleg2 inilah yg terbawa arus, mengikuti kotornya permainan politik. Jargon2 akan merubah keadaan hanya jargon saja. Hanya JANJI seperti vitamin dan suplemen2 yg beriklan akan menambah daya tahain tubuh anda atau kecap yang selalu menyatakan dirinya no.1 :):)
Bukan maksud saya endiskreditkan para caleg. Sekedar catatan pribadi saja, menjelang pemilu seperti dihadapkan pada bua simalakama. Dimakan ibu matu tak dimakan bapak mati.
Mau nda milih (golput) rasanya berdosa. Karena SATU suara saya bisa ikut menentukan nasib bangsa. Jika suara itu saya gunakan memilih calon yang baik/tepat. Mau milih juga jadi deg degan. Karena SATU suara saya itu bisa merugikan banyak orang kalo calon yang saya berikan suara itu kemudian ingkar. Pada saat memilih, mungkin kita berhenti sejenak memikirkan"kepentingan" kita. Mungkin kalau kita pikirkan kepentingan rakyat banyak akan mempermudah kita menentukan pilihan di pemilu mendatang.
Sandang - Pangan - Papan. Ini hal yang paling fundamental yang entah kenapa malah terimbas dengan pembangunan & arus modernisasi terus menerus? Rakyat makan saja masih kurang, tapi sudah mbangun BUSWAY. Banjir masih jadi epidemik di Jakarta tiap tahunnya, tapi Mall Mall nambah terus. Bukan hanya gembel di tepi jalan yang terak-teriak. Mereka mungkin sudah nda punya tenaga lagi untuk teriak. Tapi dari kalangan menengahpun banyak yang memprihatinkan keadaannya. Hari ini mereka masih bsa bertahan mencukupi sandang pangan papan anak2nya..tapi mereka tidak tau apa kelak anak2 mereka ini bisa mencukupi sandang - pangan- papan mereka?
Memang bicara dan mengkritik lebih mudah daripada melakukan. Karena nya jangan catatan saya ini dianggap sbagai kritikan pada siapapun. Hanya sebentuk pemikiran yang seandainya di baca oleh yang berkepentingan bisa memberi sedikit penyegaran ditengah kotornya dunia politik, masih ada sabun untum membersihkan diri...:):)